!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Monday, May 18, 2015

Test Keperawanan Masuk TNI: Pendekatan moral dan sekuler ?.

Perjalanan yang belum selesai (283)

(Bagian ke dua ratus delapan puluh tiga, Depok, Jawa Barat, Indonesia, 18 Mei 2015, 07.28 WIB)

Test Keperawanan Masuk TNI: Pendekatan moral dan sekuler ?.

Dalam acara dialog Prime Time News Metro TV Senin pagi (01.00 WIB/18 Mei 2015) pembawa acara membahas masalah test keperawanan yang dilakukan calon taruni TNI bagi perempuan.
Selain menghadirkan Jurubicara TNI yang juga Kapuspen TNI, juga menampilkan dua tokoh perempuan, satu Ketua Komnas Perempuan dan satu lagi perempuan anggota DPR RI komisi I dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Secara fisik sudah saya duga, bahwa pendekatan dua tokoh perempuan itu pasti pendekatan sekuler, karena keduanya tidak mengenakan jilbab (hijab), karena sudah pasti pengetahuannya tentang moral Islam pasti minim. Karena kalau dia Muslimah, dan kuat imannya pasti dia melundungi auratnya dengan hijab jilbab), atau keduanya bukan Muslimah.
Kalaupun keduanya bukan Muslimah yang mengeteahui sedikit banyak Pancasila, pasti setiap kebijakan apapun yang menyangkut bela negara memilih putra dan putri terbaik pasti pendekatan moral pertama adalah Pancasila, yang sila pertama adalah mengedepankan Hak Allah (Tuhan yang Maha Esa ) dulu, baru kemudian hak azasi manusia.
Tapi dalam dialog nampaknya hanya Kapuspen TNI yang dengan lantang membela tegaknya Pancasila di Indonesia sebagai ideologi, bukan dua perempuan yang jadi lawan dialog, yang justru nampak terkesan sebagai jurubicara WHO dan negara barat dan Lembaga swadaya internasional yang sekuler.
Memang tidak selamanya pedekatan sekuler (pendekatan dunia) yang hanya mengandalkan pikiran manusia semata (filsafat) itu kurang baik, namun seperti peringatan Allah dalam firmannya di Al Quran dan Hadist, diluar firman Allah dan Sunnah (yang juga berasal dari Allah), pati ada ikut campur iblis yang ingin menjerumuskan seluruh manusia masuk neraka bersama iblis.
Dua perempuan itu beralasan pendekatan Barat yang lebih scientific, ilmiah dan hak-hak azasi manusia, namun tiga pendekatan ini tanpa pendekatan moral (Pancasila/agama) secara moral pasti akan bertabrakan.
Karena pendekatan sekuler, hanya pendekatan fisik yang bisa dirasakan dan disntuh manusia, sedangkan pendekatan moral (non-fisiK), pendekatan iman, yang hanya diketahui Allah, sedangkan manusia hanya mengetahui tanda-tandanya saja, seperti keperawanan, atau perilaku calon melalui investigasi orang sekitar calon Taruni, seperti anggota keluarga, dan tetangga, masyarakat sekitar.
Berkali-kali dua pembicara perempuan itu berargumentasi bahwa tantangan TNI (Tentara Nasional Indonesia) jauh lebih banyak dan besar dibandingkan masalah keperawanan, dan lagi-lagi pendekatan Barat.
Menurut Kepala Pusat Penerangan TNI, dalam menghadapi perang tentu pendekatan negara barat yang sudah maju berbeda dengan Indonesia.
‘’Negara Barat dengan alat persenjataan moden (alutista) hanya mengandalkan sumberdaya manusia sedikit bisa menyerang musuhnya dengan cepat (tank,pesawat tempur. Peluru kendali), sedangkan Indonesia yang persenjaannya masih minim, tentunya memerlukan sumber daya manusia yang lebih banyak dan tangguh, juga bermoral tinggi.
Walaupun dalam perang modern, seperti perang Vietnam dan Afghanistan, kecanggihan militer Amerika Serikat dikalahkan tentara Vietcong (vietnam utara) yang lebih lemah, tetapi memiliki moral (semangat tinggi) sehingga mengalahkan tentara sekutu.
Juga tentara komunis Uni Soviet yang jauh lebih canggih, kalah semangat jihad dari Mujahidin Afghanistan.
Jadi, kalau kini misalnya Indonesia diserang secara mendadak oleh Australia dan sekutunya (AS, Selandia Baru dan Nato), tidak bisa lain semangat Jihad bela negara yang dimiliki para anggota TNI.
Karena Australia dan sekutunya punyak kapal induk yang membawa banyak pesawat tempur canggih, banyak kapal selam yang membawa peluru kendali berkepala nuklir, dan yang dimiliki Indonesia hanya sedikit senjata, dan yang paling jitu semangat juang (jihad) bela negara, yang di Al Quran dan Hadist, bela negara adalah kewajiaban setiap warga negara dan dinili sebagai jihad (yang kalau tewas) yang kalu dia berjihad karena Allah pasti dijamin masuk surga.
Saya kecewa dengan seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat komisi I dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu, yang nampaknya belum siap jadi anggota DPR, karena visi Pancasila belum ada pada mereka.
Saya kuatir seorang angota DPR yang belum memiliki visi Pancasila yang kuat, produk undang-undang yang dikeluarkan akan dipengaurhi pendekatan sekuler dan pendekatan komunis, yang bisa menghancurkan bangsa Indonesia secara moral, seperti yang kini terjadi di negara Barat.
Saya terima kasih pada TNI sebagai ujung tombak yang menjaga NKRI dan menjaga moral bangsa, tidak ingin disusupi virus sekuler dan komunis, dalam tubuh TNI, karena bila sudah masuk, maka bagai penyakit kanker atau virus HIV Aids, perlahan akan menggerogoti bangsa Indonesia menuju kebinasaan dan kehancuran.
Tapi sayang Metro TV, yang berkibar di negara Pancasila menghadirkan nara sumber harus seimbang, bukan melulu nara sumber yang sekuler,tapi juga Pancasilais seperti angota Komnas Perempuan Nahdlatul Ulama dan Komnas Permpuan Muhammadiyah.pendi
Para pendiri bangsa sudah mengikrarkan bahwa ideologi bangsa Indonesia adalah Pancasila, bukan Negara sekuler, atau Komunis. Itu sebabnya Presiden Indonesia Joko Widodo yang menjadi Presiden yang menjadi orang nomer satu penjaga Moral bangsa dan ideologi Pancasila, secara fisik sudah mengikrarkan diri sebagai orang bermoral (secara fisik sudah diperlihatkan dia setelah Joko Widodo naik Haji dan Umroh ke Mekah,Arab Saudi, walaupun apa yang terjadi di hati Presiden hanya Allah yang Maha Kuasa yang tahu.Jadi secara moral perbuatan zina (gonta ganti pasangan) hanya Allah yang tahu, tapi tanda-tanda secara fisik seseorang itu bermoral apa tidak, adalah keperawanan atau keperjakaan seseorang. Hidup TNI. Semoga seluruh anggota TNI diberi Rahmat dan hidayah dan keimanan yang kuat dari Allah, agar mampu mempertahankan keutuhan NKRI (negara kesatuan republik indonesia) dan moral bangsa.


No comments:

Post a Comment