!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Thursday, April 16, 2015

Hidup di dunia penuh dengan ujian.

Perjalanan yang belum selesai (263)

(Bagian ke dua ratus enam puluh tiga , Depok, Jawa Barat, Indonesia, 10 April 2015, 09.41 WIB)


Hidup di dunia penuh dengan ujian.

Allah dalam fimannya di Al Quran dan banyak hadist Nabi Muhammad memperingatkan manusia bahwa hidup di dunia penuh dengan ujian dan tipu daya iblis.
Seperti halnya anak sekolah atau mahasiswa, kalau mereka ingin naik kelas atau lulus ujian harus menempuh dulu ujian. Begitu juga manusia bila mereka ingin lulus ujian dan masuk surga tentu harus terlebih dahulu menghadapi ujian dan cobaan.
Ujian yang paling berat adalah musibah, baik sakit, penderitaan kemiskinan, gempa bumi, ditinggal mati anggota keluarga, ditinggal para sahabat, menggadapi saudara-saudara yang bakhil alias pelit, menghadapi anak yang sulit disuruh sholat, mengenakan hijab, selalu kasar dan melawan perintah orang tua, difitnah tetangga, dan berbagai musibah lain, kalau semua musibah itu kita hadapi dengan sabar, maka derajat kita akan dinaikkan Allah dan dosa-dosa kita akan diampuni serta memperoleh pahala tanpa batas.
Kadang kalau kita menderita sakit terus menerus, kita tidak sabar akibat sakit sehingga kita putus asa dan ingin rasanya mati segera, padahal kita diharamkan meminta mati dan disuruh bersabar atas musibah ini.
Ujian juga bukan hanya musibah, tetapi juga kenikmatan (Kekayaan), kalau kita bersyukur malah akan ditambah Allah. Namun sebagian kita kadang tidak bersyukur atas kenikmatan Allah seperti kekayaan.  Pada waktu miskin kita rajin sholat dhuha, tahajud, puasa, namun ketika diuji dengan kekayaan, kita malah lupa atas pemberian rezeki pada Allah, dengan sombong, meninggalkan puasa Ramadhan, malas sholat, walaupun sudah jatuh kewajiban naik haji, dia malah sering tamasya ke negeri kafir (maksiat) bukan ke Mekah dan Madinah, sehingga kadang mungkin bekum sempat bertaubat keburu meninggal yang hanya membawa kain kafan, harta yang melimpah tidak bisa menolong dia di hari hisab (Kiamat).
Agar kita lulus ujian, tentu saja kita perlu kunci untuk membuka pintu surga. Kunci surga itu adalah kalimat Tauhid mengucapkan Laillahaillaulah Muhammadarasulullah (Tiada Tuhan yang wajib disenbah, kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasul Utusan Allah).
Kemudian kunci itu haruslah memiliki gerigi, agar mudah membuka pintu surga. Gerigi itu, tentu saja, sholat lima waktu tepat pada waktunya, puasa pada bulan Ranadhan, membayar zakat, naik Haji bila mampu, serta amalan lain seperti sholat-sholat sunnah, banyak berinfak, dan banyak amalan lainnya sesuai perintah Nabi Muhammad, bukan amalan yang tidak pernah dilakukan Nabi Muhammad, banyak berzikir, berdoa dan beristighfar.


Ujian dan Musibah Tanda Allah Cinta


Inilah yang patut dipahami setiap insan beriman. Bahwa cobaan kadang dapat meninggikan derajat seorang muslim di sisi Allah dan tanda bahwa Allah semakin menyayangi dirinya. Dan semakin tinggi kualitas imannya, semakin berat pula ujiannya. Namun ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar pula. Sehingga kewajiban kita adalah bersabar. Sabar ini merupakan tanda keimanan dan kesempurnaan tauhidnya.
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani).
Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
Faedah dari dua hadits di atas:

1- Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan pahala yang besar.
2- Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,
يا بني الذهب والفضة يختبران بالنار والمؤمن يختبر بالبلاء
“Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah.”
3- Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan mendapat pahala yang besar.
4- Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang pedih.
5- Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.
6- Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia keluar dari dunia dalam keadaan bersih dari dosa.
7- Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath Thibiy berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan dibalas hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa karenanya.”  (Lihat Faidhul Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul Ahwadzi, 7: 65)
8- Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk bersikap sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya untuk meminta musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”
Jika telah mengetahui faedah-faedah di atas, maka mengapa mesti bersedih? Sabar dan terus bersabar, itu solusinya.

Semoga Allah memberi kita taufik dalam bersabar ketika menghadapi musibah. Wallahul muwaffiq.

No comments:

Post a Comment