!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, July 25, 2014

Korban tewas di pihak Palestina mencapai lebih dari 800 orang, Israel korban tewas 34 orang, 32 di antaranya adalah tentara.


Para peziarah menangis dalam pemakaman para korban di Gaza, hari Jumat (25/07).

Korban tewas di pihak Palestina mencapai lebih dari 800 orang, Israel korban tewas 34 orang, 32 di antaranya adalah tentara.





Di pihak Israel korban tewas 34 orang, 32 di antaranya adalah tentara. Seorang warga negara Thailand juga menjadi korban di Israel.

Korban terus bertambah seiring dengan berlanjutnya operasi militer Israel yang telah memasuki hari ke-18.

Pada hari Kamis, Klik sekolah PBB di Gaza menjadi sasaran serangan Israel yang menewaskan 15 orang.

Serangan ini membuat marah warga Palestina dan Sekjen PBB, Ban Ki-moon, yang menyebut jatuhnya korban sebagai "sama sekali tidak bisa diterima".

Pejabat senior PBB di Gaza mengatakan 150.000 orang, sekitar delapan persen dari seluruh populasi, kini tinggal di sekolah-sekolah PBB. Ia mendesak semua pihak menghormati netralitas PBB setelah sekolah PBB dibom.

Pemakaman atas sepuluh 10 korban pengeboman atas sekolah PBB dilakukan hari Jumat (25/07).

Foto-foto dari pemakaman menunjukkan para peziarah yang menangis ketika jenazah bocah berusia satu tahun diusung dan dikebumikan.

Militer Israel menegaskan mereka tidak menjadikan sekolah ini sebagai sasaran. Mereka hanya mengatakan bahwa kelompok militan Hamas menembakkan roket dari wilayah tersebut.

Penggunaan terowongan di Gaza dimulai sekitar satu setengah dekade yang lalu di perbatasan dengan Mesir, untuk menyelundupkan senjata ke Gaza dibawah pengamanan perbatasan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), kata seorang analis pertahanan Timur Tengah.

Dalam waktu singkat, selain untuk menyelundupkan senjata, operator terowongan mulai mengimpor berbagai barang kebutuhan warga, seperti disampaikan Dr Eado Hecht, seorang analis pertahanan independen dan dosen doktrin militer di Begin-Sadat Center for Strategic Studies di Bar Ilan University.

Menurutnya, setelah Israel menarik diri dari Gaza, jumlah terowongan penyelundup meningkat dari puluhan menjadi ratusan seiring dengan semakin banyaknya warga Gaza yang terlibat dalam bisnis menguntungkan ini.

Mendeteksi terowongan membutuhkan deteksi pintu masuk tunel atau melihat tunel itu sendiri dengan alat akustik, seismik atau radar.

Bahkan setelah sebuah terowongan dideteksi, orang tidak lantas mengetahui rute pasti terowongan itu.

"Untuk menyembunyikan terowongan dari intelijen Israel, pintu masuk biasanya terletak di lantai dasar rumah, masjid, sekolah atau bangunan publik lainnya," kata Eado.

Menggali terowongan adalah proses yang lama dan berat, biasanya memakan waktu beberapa bulan karena dilakukan dengan tangan.

Pasalnya menggunakan alat penggali bertenaga motor akan membuat suara berisik yang bisa didengar oleh Israel.

Terowongan yang digali Hamas biasanya sedalam 20m jadi sangat sulit terdeteksi.
Untuk menemukan terowongan, Israel harus memiliki informasi intelijen dari Gaza atau mereka harus masuk dan mencari sendiri dari rumah ke rumah.

Menghancurkan sebuah terowongan adalah operasi yang panjang dan kompleks dan hanya bisa dilakukan dengan tepat dengan data pasti dan mendetil mengenai rute serta kedalamannya. BBC

No comments:

Post a Comment