!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Saturday, November 30, 2013

Bangkok rusuh, dua demonstran tewas ditembak


Bangkok rusuh, dua demonstran tewas ditembak

 Bangkok, Sabtu malam (30/11), rusuh setelah dua demonstran pendukung dan penentang pemerintahan Yingluck Shinawatra, tewas tertembak, sementara puluhan yang lain luka-luka serius.

Kedua korban tewas itu, diketahui seorang mahasiswa pro-pemerintah dikonfirmasi tewas, seorang pendukung gerakan baju-merah --yang diduga prajurit yang berusia 23 tahun-- ditemukan tewas pada Sabtu larut malam dengan luka tembak di tubuhnya, kata Bangkok Post.

Dalam upaya menghindari pertumpahan darah lebih jauh, massa baju-merah --yang pertemuan terbuka mereka memicu bentrokan rusuh dengan pemrotes anti-pemerintah-- mengumumkan pada Minggu, pengakhiran demonstrasi di satu stadion di Bangkok.

Jatuporn Promphan, pemimpin baju-merah yang bersuara lantang menyatakan empat pendukung baju-merah dan seorang mahasiswa tewas dalam bentrokan pada Sabtu malam.

Sebanyak 70.000 demonstran baju-merah berkumpul pada Sabtu di Stadion Rajamangala untuk menyampaikan dukungan mereka buat pemerintah, demikian laporan Xinhua.

Sebagian dari mereka berhadapan dengan satu kelompok pemrotes anti-pemerintah, termasuk mahasiswa dari Universitas Ramkhamhaeng, yang berdekatan, ketika mereka berusaha memasuki stadion tersebut.

Beberapa suara tembakan dan ledakan terdengar. Api dilaporkan terlihat di satu jalan kecil di dekat lokasi.

Korban pertama, yang diidentifikasi polisi sebagai mahasiswa yang berusia 21 tahun dari Universitas Ramkhamhaeng, menderita luka tembak yang mematikan di punggung dan peluru menembus paru-parunya. Ia belakangan dinyatakan meninggal di rumah sakit.

Belum jelas siapa yang menembak mahasiswa itu.

Satu pusat medis yang berpusat di Bangkok mengkonfirmasi kepada harian Thai Rak pada Ahad pagi bahwa 35 orang yang cedera dalam baku-hantam telah dibawa ke rumah sakit untuk diobati.

Seorang pekerja Kamboja yang berusia 29 tahun dan dua mahasiswa termasuk di antara mereka yang cedera. Pekerja tersebut tampaknya adalah seorang pejalan kaki dan terkena peluru nyasar di punggung.

Gerakan anti-pemerintah yang berlangsung lama di Thailand, yang telah memicu protes terbesar di jalan sejak 2010, menuntut penggulingan apa yang disebut "rejim Thaksin", yang dipercaya diterapkan Perdana Menteri Thailand, Yingluck Shinawatra, adik perempuan pemimpin terguling Thailand, Thaksin Shinawatra.

Kekerasan politik guncang Bangkok

Kekerasan politik di Ibukota Thailand menyebabkan dua korban meninggal dan puluhan orang cedera, kata pihak berwenang, Minggu, ketika pengunjuk rasa dari kelompok oposisi bersumpah untuk melakukan usaha terakhir dalam menggulingkan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra.

Peristiwa berdarah itu yang paling akhir dari serangkaian konflik yang dilakukan warga sipil di negara kerajaan itu sejak mereka menggulingkan taipan yang menjadi perdana menteri, Thaksin Shinawatra --abang kandung Yingluck-- tujuh tahun yang lalu.

Massa pengunjukrasa yang turun ke jalan, berniat menggantikan pemerintahan Yingluck dengan "dewan rakyat", merupakan kekerasan politik terbesar sejak kekerasan tiga tahun lalu di Bangkok yang menyebabkan puluhan orang meninggal saat dilakukan pembersihan oleh militer.

Ketegangan semakin tinggi setelah kekerasan terjadi pada Sabtu malam di sekitar Stadion Rajamanggala, tempat ribuan massa "Kaos Merah" yang pro-pemerintah berkumpul untuk mendukung pemerintah Yingluck berhadapan dengan para pengunjukrasa jalanan yang sudah melakukan aksi selama beberapa pekan.

Korban mati dan cedera mengalami luka tembak dan tusukan. Situasinya belum jelas, namun kekerasan terjadi setelah pemrotes anti-pemerintah menyerang kelompok Kaos Merah yang datang untuk bergabung dalam arak-arakan di distrik Ramkhamhaeng.

"Konfirmasi mengenai jumlah korban adalah dua meninggal dan 45 cedera," kata petugas di pusat Gawat Darurat Erawan kepada AFP, di tengah laporan adanya kericuhan sporadis di dekat stadion pada Minggu pagi.

Korban meninggal itu yang pertama terjadi sejak unjukrasa damai dilakukan sebulan yang lalu.

Kedua belah pihak saling menyalahkan telah menyerang pendukung mereka.

Kekerasan tersebut membuat pemimpin Kaos Merah mengakhiri arak-arakan mereka yang telah menarik puluhan ribu orang khususnya penduduk miskin di pedesaan untuk mendukung Yingluck dan saudaranya, Thaksin --yang hidup di pengasingan tetapi masih tetap menjadi sosok pemecah-belah di Thailand.

"Untuk menghindari situasi yang lebih rumit bagi pemerintah, kami memutuskan untuk pulang," kata pemimpin Kaos Merah, Thuda Thavornseth.

Stadion segera kosong dengan cepat dan sepanjang Minggu pagi kawasan itu menjadi tenang, menurut juru foto AFP.

Jumlah pemrotes turun dengan tajam dari perkiraan sebanyak 180.000 orang bergabung dalam aksi turun ke jalan pada 24 November, mereka mencari sasaran tokoh papan atas yang oleh para pengamat disebut sebagai usaha untuk melakukan kudeta.

No comments:

Post a Comment