!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Friday, September 13, 2013

SNC, mengadakan sidang majelis umum di Istanbul, Turki, Jumat (13/9), untuk memilih "perdana menteri"



SNC, mengadakan sidang majelis umum di Istanbul, Turki, Jumat (13/9), untuk memilih "perdana menteri"

Koalisi Nasional Suriah (SNC), kelompok payung utama oposisi di pengasingan, mengadakan sidang majelis umum di Istanbul, Turki, Jumat (13/9), untuk memilih "perdana menteri" sementara mereka dan membahas usul Rusia mengenai Suriah.

Dalam satu pertemuan tertutup pada Jumat, Ahmad Tumeh Al-Khader --tokoh oposisi kawakan-- diumumkan oleh sidang majelis 155-anggota sebagai calon tunggal untuk menjadi "perdana menteri" sementara.

Koalisi tersebut dijadwalkan memilih perdana menteri sementara mereka pada Sabtu, kata Kepala Kantor Media SNC Khalid Saleh dalam satu taklimat, demikian laporan Xinhua.

Mengenai gagasan Rusia untuk menyerahkan senjata kimia Suriah kepada pengawasan internasional, Saleh berkata, "Kami sudah menjelaskan bahwa masyarakat internasional harus menghukum mereka yang melancarkan serangan kimia."

Oposisi Suriah itu masih sangat memerlukan lebih banyak dukungan keuangan, kata beberapa sumber kepada Xinhua.

Saleh mengungkapkan Amerika Serikat telah memutuskan untuk meningkatkan bantuan buat pasukan oposisi Suriah.

"Kami telah menerima bantuan mematikan bagi kekuasan oposisi. Kami juga sedang menunggu untuk menerima lebih banyak bantuan pada masa depan," kata juru bicara tersebut.

Kelompok oposisi utama Suriah menuding pemerintah melakukan pembunuhan terhadap 1.300 orang dengan memakai senjata kimia di dekat Damaskus, Rabu, saat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) menyerukan "kejelasan" dan menyampaikan "sangat khawatir" atas dugaan tersebut.

Tudingan yang dibantah keras oleh Damaskus, muncul ketika tim penyelidik PBB berada di Suriah untuk membuktikan dugaan pemakaian senjata kimia oleh kedua belah pihak dalam konflik yang berlangsung selama 29 bulan itu.

Menindaklanjuti sidang darurat DK-PBB di New York, ketua Dewan Keamanan, yaitu utusan dari Argentina, Maria Christina Perceval mengatakan "Harus ada kejelasan akan apa yang terjadi dan keadaan ini harus dipantau secara hati-hati."

Ia menambahkan, anggota DK-PBB "menyambut keputusan sekretaris jenderal untuk memastikan suatu penyelidikan yang cermat dan tidak memihak."

Badan yang beranggotakan 15 negara itu mengemukakan "kekhawatiran yang kuat" atas dugaan tersebut dan sepakat bahwa pemakaian segala bentuk senjata kimia adalah "melanggar hukum internasional".

Washington sebelumnya menggambarkan bahwa pemakaian senjata kimia merupakan garis merah yang akan membuat AS melakukan intervensi militer ke Suriah.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan "Saya berharap hal ini dapat menyadarkan pendukung rejim Assad, mengenai pembunuhan yang sadis."

Kanselir Jerman Angela Merkel dikutip mengatakan, akan menjadi "kejahatan yang mengerikan" bila itu terbukti.

Moskow -- yang mengatakan membuktikan pemakaian senjata kimia oleh gerilyawan pada Maret, skeptis mengenai tuduhan pihak oposisi.

Pemerintah negara-negara Barat mendesak akses bagi para penyelidik untuk memeriksa tuduhan baru.

Rusia, sahabat lama rejim Damaskus, juga menyerukan penyelidikan, tetapi mengatakan mencurigai "provokasi" oposisi dan pendukung asingnya.

Gambar video yang diedarkan oleh para aktivis --yang keasliannya belum bisa dipastikan -- menunjukkan kehadiran tim medis untuk anak-anak yang mati lemas dan rumah sakit kebanjiran pasien.

Masih ada lagi gambar puluhan orang tergeletak di tanah, kebanyakan anak-anak dan tubuh mereka ditutup kain putih.

Tuduhan pemakaian senjata kimia, yang belum mendapat pembenaran --dibantah dengan berapi-api oleh rejim Suriah, yang disebutkan berniat menyembunyikannya dari pemeriksaan penyelidik PBB yang sudah berada di negeri tersebut.

Sumber di pihak oposisi menuduh pasukan militer menggunakan senjata kimia dalam serangan --salah satunya di Moadamiyet al-Sham, di barat daya Damaskus dan di beberapa kota pinggiran lainnya.

Koordinator lokal komite jaringan pegiat (LCC) melaporkan ratusan korban serangan sadis "gas beracun" dilakukan oleh pihak rejim.

Suatu rekaman video yang diunggah ke YouTube oleh Komisi Umum Revolusi Suriah --kelompok pegiat lainnya, menunjukkan "serangan masal gas beracun" lainnya.

Dalam salah satu video terlihat seorang anak mendapat pertolongan pertama dan dilarikan ke rumah sakit, ia mendapat oksigen untuk membantunya bernafas dan para dokter berusaha membuatnya sadar dari pingsan.

Gambar lainnya juga di YouTube memperlihatkan suasana panik setelah serangan senjata kimia di daerah pinggiran timur.

Seorang perempuan remaja memegang kepala dengan tangannya dan berkata berulang-ulang "saya hidup" dan seorang pria berjaket putih berusaha menenangkannya.

 Presiden Prancis Francois Hollande, Jumat (13/9), menekankan perlunya upaya untuk meningkatkan lagi dukungan internasional buat oposisi Suriah "guna memungkinan menyerang rejim (Suriah)".

Setelah pertemuan dengan menteri luar negeri Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Jordania, Kepala Negara Prancis itu "menegaskan perlunya untuk bersikap tegas terhadap rejim Bashar al-Assad, untuk mencegah dia menggunakan lagi senjata kimia dan menerima perundingan untuk menemukan penyelesaian politik bagi krisis di negerinya".

Holande dan sekutu utama Arabnya juga menekankan "komitmen mereka untuk membantu mendirikan Suriah yang bebas dan bersatu --tempat keselamatan dan hak semua anggota masyarakat dihormati".

Di dalam satu pernyataan, kantor presiden tersebut menyatakan pertemuan Paris adalah "kesempatan baik ... untuk mengkoordinasikan posisi Prancis dan tiga mitra utamanya mengenai langkah selanjutnya (yang diharapkan akan mengakhiri konflik Suriah)".

Prancis dan Amerika Serikat berada di garis depan dalam mendorong tanggapan kuat internasional terhadap dugaan penggunaan senjata kimia oleh Pemerintah Suriah.

Damaskus membantah pemerintah berada di belakang serangan itu, sementara Moskow berulang-kali menyerukan penyelidikan menyeluruh.

Kementerian Luar Negeri Prancis telah mengumumkan menteri luar negeri Prancis, Inggris dan AS dijadwalkan bertemu di Paris pada Senin siang guna membahas krisis Suriah, kata kementerian di Paris.

 Presiden Vladimir Putin, Jumat, mendapat dukungan dari Iran dan China dalam satu KTT regional mengenai prakarsa Rusia bagi Suriah untuk menyerahkan senjata kimianya, yang ia katakan merupakan bukti "niat serius" pemerintah Damaskus.

Putin menghadiri KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), satu kelompok keamanan regional yang kadang-kadang dianggap sebagai tandingan dari timur terhadap NATO, di Kirgizstan sehari setelah Presiden Suriah bashar al-Assad mengatakan ia mendukung rencana Rusia itu.

Para pemimpin SCO, yang anggota-anggotanya adalah Rusia, China dan beberapa negara Asia Tengah dalam satu pernyataan mengatakan mereka mendukung prakarsa itu dan menentang setiap aksi yang "dapat menimbulkan satu militerisasi lebih jauh" situasi di Suriah.

Presiden China Xi Jinping, yang berbicara dalam KTT di Bishkek itu, mengatakan negaranya menyambut baik rencana Rusia itu menaruh banyak kepentingan untuk pembangunan situasi di Suriah.

"Kami mendukung prakarsa Suriah untuk menyerahkan senjata-senjata kimia berada di bawah pengawasan internasional," kata Xi.

Presiden Iran yang baru dipilih Hassan Rouhani, yang negaranya berstatus peninjau di SCO, mengatakan Teheran juga mendukung penuh prakarsa Rusia itu.

"Kami yakin situasi di Suriah harus diputuskan secara politik tanpa intervensi militer asing. Semua pihak yang berpengaruh dan berkepentingan harus mendorong satu dialog konstruktif menuju arah itu," tambahnya.

Ia menyatakan Iran menjadi korban yang sangat menderita ketika diktator Irak Saddam Huseein menggunakan senjata-senjata kimia dalam Perang Irak-Iran tahun 1980-an.

Iran, sebagai korban paling buruk akibat penggunaan senjata-senjata kimia, mendukung pemusnahan senjata itu di seluruh dunia. Kemungkinan kelompok-kelompok garis keras yang bersenjata dapat memperoleh senjata-senjata kimia adalah ancaman terbesar bagi kawasan itu," kata Rouhani.

Iran dan Rusia dalam tahun-tahun belakangan ini muncul sebagai sekutu-sekutu paling kuat terakhir pemerintah Bashar. China dalam konflik tu mendukung sikap Rusia tetapi tidak banyak memberi komentar publik.

Putin mengatakan masyarakat internasional harus menyambut keputusan Suriah mendukung larangan penggunaan senjata kimia, dengan mengatakan itu menunjukkan "niat-niat serius" Damaskus.

"Saya yakin kita harus menyambut baik keputusan yang dibuat pemimpin Suriah itu. Saya ingin menyatakan harapan bahwa itu akan merupakan satu langkah yang sangat serius menuju jalan ini," katanya mengacu pada Presiden Bashar al-Assad,yang Kremlin dukung selama konflik dua setengah tahun itu.

Berbicara dalam sidang KTT SCO, Putin menegaskan kembali penentangan kerasnya bagi penggunaan kekuatan militer di Suriah.

Usaha-usaha diplomatik yang dilakukan sekarang memungkinkan meredakan segera rencana satu operasi militer.

Rusia mengusulkan agar Damaskus menyerahkan senjata-senjata kimianya dalam usaha menghentikan ancaman serangan militer oleh AS.

Bashar mengatakan ia akan mendukung larangan senjata kimia tetapi menegaskan bahwa Washingtn harus menghentikan "politik ancaman" jika negara itu menginginkan rencana itu dapat dilaksanakan.

Pada Jumat para diplomat penting Rusia dan AS melakukan pertemuan untuk hari kedua dari perundingan-perundingan penting untuk menyusun satu rencana mengamankan senjata-senjata kimia Suriah., demikian AFP.

No comments:

Post a Comment