!-- Javascript Ad Tag: 6454 -->

Wednesday, August 28, 2013

Amerika Serikat, Perancis dan Inggris bersiap serang Suriah



Korban Senjata Kimia di Suriah
Amerika Serikat, Perancis dan Inggris bersiap serang Suriah

Amerika Serikat mengesampingkan serangan sepihak terhadap Suriah dan berunding dengan sekutunya tentang kemungkinan serangan hukuman, yang dapat berlangsung lebih dari sehari, kata pejabat tinggi adidaya itu pada Rabu.

"Setiap tindakan ketentaraan tidak akan sepihak. Itu akan mencakup mitra antarbangsa," kata pejabat tinggi pemerintah, yang berbicara dengan syarat tak dikenali, kepada wartawan, lapor AFP.

Serangan terhadap Suriah, jika diperintahkan, bisa melampaui satu hari, kata pejabat itu, "Pilihan itu tidak terbatas hanya untuk satu hari."

Di tengah kabar Inggris dan Prancis akan bergabung dalam kemungkinan serangan itu, pejabat Amerika Serikat menolak menanggapi apakah tindakan tersebut menggunakan peluru kendali jelajah dan pesawat tempur perlu memasuki wilayah udara Suriah.

"Kami sedang menjajaki setiap pilihan," kata pejabat itu.

Tanggapan pejabat itu memberi tanda terkini Presiden Barack Obama dan sekutu Amerika Serikat bergerak ke arah serangan terhadap Suriah atas dugaan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah negara bergolak tersebut. Tapi, pernyataan itu lebih mundur dari sebelumnya, yang mengisyaratkan negara adidaya tersebut akan menyerang Suriah.

Pembantu Obama melakukan pembicaraan dengan Turki, Yordania dan mitra lain mengenai rencana darurat dalam persiapan pembalasan terhadap pemerintah Suriah dalam tindakan pimpinan adidaya tersebut, kata pejabat itu.

Washington melihat kemungkinan tanggapan, dampak dari serangan tersebut, katanya.

"Pemerintah Suriah mungkin menggunakan senjata kimia lagi. Saya pikir Anda tidak mengabaikan itu," kata pejabat tersebut.

Tapi, jika tidak menyerang Damsyik, Amerika Serikat akan mengirim tanda berbahaya bagi penguasa lain dengan senjata kimia, termasuk Korea Utara," kata pejabat itu.

Pembantu Obama masih bekerja untuk menentukan tujuan tepat setiap peluang campur tangan, kata pejabat lain pemerintah.

Tujuan serangan itu kemungkinan untuk menghalangi pemerintah Presiden Bashar Assad menggunakan senjata kimia lagi dan mengurangi kemampuan melakukannya, kata pejabat tersebut.

Pemerintah Assad memperingatkan Washington akan campur tangan itu, tapi Amerika Serikat siap untuk kemungkinan tindakan balasan Suriah atau sekutunya, katanya.

"Kami percaya bisa mengatasi apa pun pembalasan Suriah atau tanggapan dari pemain luar, termasuk Iran atau pejuang Hizbullah di Libanon, katanya.


 Perdana Menteri Wael al-Halqi pada Rabu mengatakan Suriah akan menjadi "kuburan para penyerang" jika tentara negara asing melakukan campur tangan.

Ia juga menuduh Barat mencari-cara alasan untuk melancarkan serangan, lapor AFP.

Suriah akan memberi kejutan kepada para penyerang, seperti yang terjadi pada perang Yom Kippur 1973, yaitu ketika pasukan Arab membuat Israel lengah, dan menjadi "kuburan para penyerang", katanya.

"Ancaman kekuatan Barat penjajah tidak membuat kita takut, karena rakyat Suriah memiliki tekad, yaitu tidak akan tinggal diam jika dihina," kata Halqi seperti dikutip stasiun televisi pemerintah.

Wakil Menteri Luar Negeri Faisal Muqdad, sementara itu, mengatakan Barat telah mendorong para pemberontak anti-pemerintah untuk menggunakan gas beracun dan di saat yang sama menyalahkan pemerintah sebagai alasan untuk melancarkan tindakan campur tangan Barat.

"Kelompok teroris menggunakan gas sarin di sejumlah daerah di negara ini... dengan mendapat dorongan dari Amerika, Inggris dan Prancis," katanya kepada para wartawan.

"Dorongan negara Barat ini harus dihentikan karena dengan membela para teroris ini... kelompok-kelompok ini akan segera mengarahkan persenjataan kimia terhadap rakyat Eropa."

Mugqdad mengeluarkan pernyataan itu setelah melakukan pertemuan dengan utusan PBB urusan perlucutan senjata, Angela Kane.

Kane merupakan ketua tim pemeriksa senjata PBB yang telah berada di Suriah sejak 18 Agustus.

Duta besar Suriah untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bashar al-Jaafari, mengatakan kepada kantor berita pemerintah SANA bahwa para pemberontak telah menggunakan senjata kimia untuk mengundang campur tangan dari Barat.

Halqi juga menuding Barat "mengarang" alasan untuk melancarkan aksi militer terhadap Suriah atas terjadinya serangan kimia mematikan pekan lalu, di mana para pemberontak dan pemerintah saling menuding kesalahan terhadap satu sama lain.

"Negara Barat, dimulai dengan Amerika Serikat, mencari-cari skenario dan alasan palsu untuk melakukan campur tangan secara militer di Suriah," kata PM Suriah itu.

 Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon mengatakan, Rabu, para pemeriksa PBB memerlukan waktu secara keseluruhan selama empat hari dalam menuntaskan penyelidikan terhadap penggunaan senjata-senjata kimia di Suriah.

"Mandat dan tanggung jawab saya pada saat ini adalah menjalankan penyelidikan yang menyeluruh dan komplit," kata Ban kepada para wartawan di Den Haag.

"Biarkan mereka (para pemeriksa) menuntaskan tugas mereka dalam waktu empat hari," katanya, ketika berbicara dalam peringatan seratus tahun keberadaan Peace Palace, yang menjadi tempat Mahkamah Pengadilan Internasional (ICJ), yaitu pengadilan tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Sekretaris Jenderal PBB itu menambahkan bahwa fakta-fakta yang ditemukan oleh tim pemeriksa tersebut kemudian akan dianalisa dan hasilnya akan diserahkan kepada Dewan Keamanan PBB sebagai bahan untuk menentukan "tindakan apapun yang akan mereka ambil".

Juru bicara PBB Martin Nesirky mengatakan Ban menyebutkan waktu yang dibutuhkan adalah selama empat hari.

Hal itu menunjukkan bahwa para pemeriksa, yang memulai penyelidikan mereka pada hari Senin di lokasi-lokasi tempat terjadinya dugaan penggunaan senjata kimia --namun tugas mereka ditangguhkan pada Selasa, memerlukan waktu setidaknya sampai hari Jumat untuk menuntaskan pekerjaan mereka.

Pernyataan Ban itu muncul di saat Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya sedang membangun posisi mereka bagi dilakukannya tindakan militer terhadap pemerintah Suriah atas dugaan serangan-serangan senjata kimia --di tengah peringatan keras dari Rusia.

Sekjen Ban Ki-moon sebelumnya meminta Dewan Keamanan yang terpecah untuk bersatu dan menemukan penyelesaian diplomatik terhadap konflik yang meningkat Suriah.

"Suriah merupakan tantangan terbesar bagi dunia untuk saat ini menyangkut perang dan perdamaian. Dewan yang memiliki tugas memelihara perdamaian dan keamanan internasional jangan menghilang," kata Ban, menunjuk Dewan Keamanan.

"Dewan setidaknya harus menemukan kesatuan untuk bertindak, harus menggunakan wewenangnya untuk (memelihara) perdamaian," kata Ban.

"Rakyat Suriah berhak mendapatkan penyelesaian, bukan sikap diam," ujarnya.

"Kita harus mencari segala upaya untuk membawa pihak-pihak terkait maju ke meja perundingan," katanya.

Ia juga memperingatkan bahwa langkah apapun dalam hal memasok persenjataan kepada salah satu pihak di Suriah hanya akan memperburuk keadaan.

"Kepada mereka yang menyediakan persenjataan bagi pihak-pihak manapun, kami harus mempertanyakan: apa yang telah dicapai senjata-senjata itu selain pertumpahan darah yang lebih banyak?

"Logika militer telah menempatkan sebuah negara di ambang kehancuran total, situasi di kawasan menjadi kacau dan memunculkan ancaman global. Kenapa harus terus menambah bahan bakar dan mengobarkan api?"

Ban mengatakan semua pelaku serangan kimia akan diadili, namun fakta-fakta tentang itu harus terlebih dahulu dipastikan.

Para pemeriksa PBB telah "mengumpulkan sampel-sampel berharga" dan melakukan wawancara dengan para korban serta saksi mata sejak mereka tiba di negara yang terkoyak itu.

"Mereka perlu waktu untuk menjalankan tugasnya," kata Ban.

No comments:

Post a Comment